PROPOSAL
ANALISA PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP DAN
PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN LABA PERUSAHAAN PADA PT. SERMANI STEEL DI MAKASSAR
SAPNA
PRAMESTI
09
401 049
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
YAYASAN PENDIDIKAN UJUNG PANDANG
(YPUP)
PERSETUJUAN PEMBIMBING
I. PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Secara umum tujuan utama didirikannya sebuah
perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah
ditanamkan dan dapat mempertahankan kelancaran usaha dalam jangka waktu yang panjang.
Salah satu investasi tersebut adalah aktiva yang digunakan dalam kegiatan
normal perusahaan yaitu aktiva yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu
tahun. Untuk mencapainya diperlukan pengelolaan
yang efektif dalam penggunaan,
pemeliharaan maupun pencatatan akuntansinya.
Bersama dengan berlalunya waktu nilai ekonomis suatu
aktiva tetap tersebut harus dapat dibebankan secara tetap dan salah satu
caranya adalah dengan menentukan metode penyusutan. Untuk itu perlu diketahui
apakah metode penyusutan yang telah diterapkan
oleh perusahaan telah memperhatikan perubahan nilai aktiva tetap yang
menurun yang disebabkan karena berlalunya waktu atau menurunnya manfaat yang
diberikan aktiva tersebut.
Aktiva tetap biasanya merupakan bagian investasi
yang cukup besar dalam jumlah
keseluruhan asset perusahaan. Besarnya investasi yang ditanamkan dalam aktiva
tetap menjadikan aktiva tetap itu perlu mendapatkan perhatian yang serius.
Tidak hanya pada penggunaan dan operasinya saja tetapi juga dalam akuntansinya
yang biasanya mencakup perolehan aktiva tetap, penghentian atau pelepasan aktiva
tetap, serta penyajian dan pengungkapannya dalam laporan keuangan.
Aktiva tetap berwujud mempunyai bermacam bentuk
antara lain: bangunan, tanah, mesin, alat-alat kendaraan, mebel dan lain-lain
yang bisa diperoleh dengan berbagi cara, dimana masing-masing cara perolehan
tersebut mempengaruhi besar kecilnya harga perolehan.
Agar sejalan dengan prinsip akuntansi yang lazim, aktiva
tetap dicatat sebesar harga perolehannya. Harga perolehan meliputi semua
pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan aktiva tetap dan
pengeluaran-pengeluaran lain sampai aktiva tetap tersebut siap untuk digunakan.
Dengan demikian harga perolehan suatu aktiva tetap tidak hanya sebatas pada
harga belinya saja tapi dengan seluruh biaya yang digunakan pada saat
pengurusan aktiva tersebut. Tetapi dalam mencatat harga perolehan aktiva yang
diperoleh dari donasi hadiah dapat dilakukan penyimpangan dari prinsip harga
perolehan tersebut.
Aktiva tetap mempunyai sifat khusus yaitu dapat
dimanfaatkan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun (lebih dari satu operiode
akuntansi). Semua aktiva tetap kecuali tanah yanag dipergunakan dalam jangka
panjang, lambat laun akan aus atau nilai manfaatnya semakin berkurang, sampai pada
akhirnya aktiva tetap tersebut tidak dapat dipergunakan lagi atau habis masa
ekonomisnya.
Aktiva tetap merupakan salah satu dari beberapa syarat
yang dapat mendukung keberhasilan usaha
dari perusahaan. Dengan aktiva tetap yang memadai maka kelancaran usaha dan
aktivitas operasional dari suatu perusahaan dapat berjalan dengan baik.
Sebaliknya, tanpa aktiva tetap yang memadai maka aktivitas perusahaan akan
terganggu sehingga akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan tersebut. Jadi
secara umum dapat dikatakan bahwa aktiva tetap merupakan harta milik perusahaan
yang material dan diperoleh bukan dengan tujuan diperjualbelikan melainkan
digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan dan memiliki masa manfaat lebih
dari satu tahun atau satu periode.
Mengingat pentingnya peranan aktiva tetap dalam
menunjang aktivitas operasional perusahaan, maka penulis tertarik untuk
mengangkat judul “ANALISA PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP DAN
PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN LABA PERUSAHAAN PADA PT. SERMANI STEEL DI MAKASSAR”
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latarbelakang yang dikemukakan di atas, maka
masalah-masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:
1.
Apakah kebijakan pengadaan aktiva tetap yang diterapkan PT. Sermani
Steel dapat mendukung peningkatan laba usaha.
2.
Apakah metode penyusutan aktiva tetap
telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
C.
TUJUAN
PENELITIAN
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui kebijakan pengadaan
aktiva tetap yang diterapkan oleh PT. Sermani Steel
2. Untuk
memberikan informasi tentang metode penyusutan aktiva tetap yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK)
3. Untuk
mengetahui pengaruh kebijakan pengadaan aktiva tetap terhadap peningkatan laba.
D.
KEGUNAAN PENELITIAN
Kegunaan
dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan
informasi kepada perusahaan mengenai metode penyusutan yang sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
2. Menambah
pengetahuan dan wawasan bagi penulis terutama dalam hal perlakuan akuntansi
aktiva tetap
3.
Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak
yang bermaksud mengadakan penelitian yang sama.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
PENGERTIAN
AKUNTANSI
Secara umum akuntansi adalah cara untuk mengumpulkan
data ekonomis dan melaporkan kepada macam-macam individu dan pihak-pihak yang
berkepentingan. Untuk menghasilkan informasi ekonomi, perusahaan perlu
menciptakan suatu metode pencatatan, penggolongan, analisis dan pengendalian
transaksi serta kegiatan-kegiatan keuangan kemudian melaporkan hasilnya.
Informasi yang relevan untuk satu pihak mungkin menjadi tidak relevan bagi
pihak lain. Akan tetapi bagi kelompok-kelompok yang membutuhkan informasi
akuntansi dapat diidentifikasikan, informasi yang relevan, juga dapat
ditentukan. Dalam sistem pertanggungjawaban terlihat adanya arus informasi dari
yang mempertanggungjawabkan kepada yang menerima pertanggungjawaban. Akuntansi
sering juga disebut business language
karena merupakan media komunikasi.
Untuk
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang akuntansi, berikut akan
dikemukakan pengertian akuntansi menurut beberapa ahli.
Menurut American
Accounting Association yang dikutip oleh Soemarsono dalam buku Akuntansi Suatu Pengantar Buku 1
(2004 : 3) “akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan
informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas
dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut”.
Menurut Agoes dan Estralita Trisnawati dalam buku
Akuntansi Perpajakan (2010 : 3) “akuntansi adalah sistem yang menghasilkan
laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan
kondisi perusahaan”.
Menurut Akbar dalam buku Akuntansi Pengantar (2004 :
1) “akuntansi adalah suatu sistem informasi yang menyajikan laporan mengenai
aktivitas-aktivitas ekonomi suatu organisasi kepada para pemakai, baik
perseorangan maupun kelompok”.
Menurut Diana dan Lilis Setiawati dalam buku Sistem
Informasi Akuntansi (2010 : 14) “akuntansi adalah proses mengidentifikasi,
mengukur, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu
organisasi (bisnis maupun nonbisnis) kepada pihak-pihak yang berkepentingan
dengan informasi bisnis tersebut. Pada dasarnya fokus utama dari akuntansi
adalah transaksi bisnis”.
Menurut Ismail dalam buku Akuntansi Bank (2010 : 2) “akuntansi
adalah seni dalam mencatat, menggolongkan dan mengikhtisarkan semua
transaksi-transaksi yang terkait dengan keuangan yang telah terjadi dengan
suatu cara yang bermakna dan dalam satuan uang”.
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa akuntansi menghasilkan informasi keuangan secara
kuantitatif dan relefan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (pemakai
informasi tersebut) dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi, baik dalam
mengukur keberhasilan operasi perusahaan, maupun membuat rencana di masa yang
akan datang.
B.
AKTIVA
TETAP
1.
Pengertian
Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan aktiva berwujud yang
digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
kegiatan normal perusahaan. Aktiva semacam ini biasanya memiliki masa pemakaian
yang lama atau relatif permanen, dan diharapkan dapat memberi manfaat pada
perusahaan selama bertahun-tahun seperti
tanah, bangunan, mesin dan peralatan. Manfaat yang diberikan aktiva tetap
umumnya semakin lama semakin menurun keculi tanah.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dala buku
Stanadar Akuntansi Keuangan (2012 : 16.1) “aktiva tetap adalah asset berwujud
yang (1) dimiliki untuk disediakan dalam produksi atau penyediaan baramng atau
jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan yang administratif;
dan (b) diperkirakan untuk digunakan lebih dari satu periode”.
Menurut Akbar dalam buku Akuntansi Pengantar (2004 :
237) “aktiva tetap merupakan jenis
aktiva yang digunakan untuk jangka panjang dan relatif permanen dalam operasi
bisnis normal. Aktiva ini dikuasai oleh perusahaan dan tidak untuk dijual dalam
operasi normal perusahaan. Aktiva yang dikategorikan sebagai aktiva tetap harus
memberikan manfaat lebih dari satu tahun”.
Menurut Firdaus dalam buku Ikhtisar Lengkap
Pengantar Akuntansi (2010 : 177) “aktiva tetap adalah asset yang diperoleh
untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan untuk jangka waktu yang lebih dari
satu tahun, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal
perusahaan, dan merupakan pengeluaran yang nilainya besar atau material”.
Menurut Giri dalam buku Akuntansi Keuangan Menengah
1 (2012 : 217) “aktiva tetap adalah asset yang memiliki karakteristik sebagai
berikut:
-
Memiliki wujud fisik
-
Diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan
usaha perusahaan, dan tidak dimaksudkan untuk dijual
-
Memberikan manfaat ekonomi untuk periode
jangka panjang, dan merupakan subjek depresiasi”.
Menurut Hery dan Widyawati dalam buku Akuntansi
Keuangan Menengah 2 (2011 : 2) “aktiva tetap adalah aktiva yang secara fisik
dapat dilihat keberadaannya dan sifatnya relatif permanen serta memiliki masa
kegunaan yang panjang”.
Menurut Kasmir (2012 : 39) “aktiva tetap adalah
harta atau kekayaan perusahaan yang digunakan dalam jangka panjang lebih dari
satu tahun”.
Menurut Rudianto dalam buku Pengantar Akuntansi
(2008 : 4) “aktiva tetap adalah barang berwujud milik perusahaan yang sifatnya
relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, tidak untuk
diperjualbelikan”.
Menurut Soemarsono dalam buku Akuntansi Suatu
Pengantar (2005 : 20) “aktiva tetap adalah aktiva berwujud (tangible fixed assets) yang : (1) masa
manfaatnya lebih dari satu tahun; (2) digunakan dalam kegiatan perusahaan; (3)
dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan, serta (4)
nilainya cukup besar”.
Menurut Sugiri dalam buku Akuntansi Pengantar 2
(2009 : 137) “aktiva tetap adalah asset berwujud yang tujuan pemilikannya adalah
untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan
untuk digunakan selama lebih dari satu periode”.
2.
Jenis
Aktiva Tetap
Aktiva tetap
berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan bisa berupa: tanah, bangunan,
mesin dan alat-alat pabrik, meubel dan alat-alat kantor, kendaraan dan
alat-alat kantor dan sebagainya.
Ditinjau dari
umurnya aktiva tetap dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:
1.
Aktiva tetap yang umur atau masa
kegunaannya tidak terbatas. Termasuk dalam kelompok aktiva ini ialah; tanah
yang dipakai sebagai tempat kedudukan bangunan pabrik dan bangunan kantor,
tanah untuk pertanian dan lain-lain yang semacamnya. Terhadap aktiva tetap yang
mempunyai masa kegunaan yang tidak terbatas tidak dilakukan penyusutan atas
harga perolehannya, karena manfaatnya tidak akan berkurang di dalam menjalankan
fungsinya selama jangka waktu yang tidak terbatas.
2.
Aktiva tetap yang umur atau masa
kegunaannya terbatas, dan dapat diganti dengan aktiva sejenis apabila masa
kegunaanya telah berakhir. Termasuk dalam kelompok aktiva ini antara lain :
bangunan, mesin dan alat-alat pabrik, meubel dan alat-alat kantor, kendaraan
dan alat-alat transport dan lain sebagainya. Karena manfaat yang diberikan di
dalam menjalankan fungsinya semakin berkurang atau terbatas jangka waktunya,
maka harga perolehan aktiva ini harus disusut selama masa kegunaannya,
3.
Aktiva tetap yang umur atau masa
kegunaannya terbatas, dan tidak dapat diganti dengan aktiva sejenis apabila
masa kegunaanya telah habis. Termasuk dalam kelompok ini: misalnya
sumber-sumber alam seperti tambang, hutan dan lain sebagainya atau biasa
disebut aktiva sumber alam. Sumber alam akan semakin habis melalui kegiatan
eksploitasi sumber tersebut, oleh sebab itu harga perolehan aktiva sumber alam
harus dialokasikan kepada periode-periode di mana sumber-sumber itu memberikan
hasilnya.
Ditinjau dari
mobilitasnya, aktiva tetap dibedakan menjadi dua golongan , yaitu:
1.
Aktiva tetap berwujud bergerak, yaitu
aktiva tetap berwujud yang dapat dengan mudah berpindah atau dipindahkan.
Misalnya kendaraan, perlengkapan dan sebagainya,
2.
Aktiva tetap berwujud tidak bergerak,
misalnya tanah, gedung dan sebagainya.
Ditinjau dari undang-undang perpajakan, aktiva tetap
dibedakan menjadi empat golongan, yaitu:
1.
Golongan I, yaitu aktiva tetap selain
bangunan yang mempunyai umur ekonomis sampai 4 tahun, misalnya: peralatan,
mebel, kendaraan, dan truk ringan
2.
Golongan II, yaitu aktiva tetap selain
bangunan yang mempunyai umur ekonomis diatas
4 tahun, misalnya: mebel dan peralatan yang terbuat dari logam, truk
berat, mobil tangki, dll
3.
Golongan III, yaitu aktiva tetap selain
bangunan yang mempunyai umur ekonomis antara 8 sampai 20 tahun, misalnya:
mesin-mesin yang menghasilkan peralatan, mesin produksi, dll
4.
Golongan IV, yaitu aktiva tetap berwujud
yang berupa tanah dan bangunan.
C.
METODE
PEROLEHAN AKTIVA TETAP
Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan dapat
diperoleh dengan beberapa cara dimana masing-masing cara akan menimbulkan
masalah akuntansi tersendiri, terutama yang berhubungan dengan penentuan atau
penilaian harga perolehan dari aktiva tetap tersebut.
Proses perolehan aktiva tetap yang dimaksud adalah
mulai sejak pembelian, pengangkutan, pemasangan sampai aktiva tetap tersebut
siap untuk dipakai dalam kegiatan perusahaan. Harga perolehan diukur dengan kas
yang dibayarkan pada suatu transaksi secara tunai. Dalam hal aktiva tidak
dibayar dengan kas, maka harga perolehan ditetapkan sebesar nilai wajar dari
aktiva yang diperoleh atau aktiva yang diserahkan, yang mana yang lebih layak
berdasarkan bukti atau data yang tersedia. Apabila harga perolehan telah
ditetapkan, maka harga perolehan tersebut akan menjadi dasar untuk akuntansi
selama masa pemakaian aktiva yang bersangkutan. Akuntansi tidak mengakui
pemakaian harga pasar atau harga pengganti selama pemakaian suatu aktiva tetap.
Dari definisi diatas, terdapat dua unsur pembentuk
harga perolehan suatu aktiva tetap, yaitu:
1.
Unsur pokok pembentuk harga perolehan
aktiva tetap, yaitu sebesar nilai sumber ekonomis yang diserahkan/dikorbankan
pada saat terjadinya peralihan hak kepemilikan suatu aktiva atau sebesar nilai
taksiran yang ditetapkan pada saat perolehan aktiva yang bersangkutan. Unsur
pokok ini sangat tergantung pada proses perolehan hak kepemilikan, mungkin
proses perolehan hak kepemilikan dilakukan dengan cara jual beli tunai,
jual-beli angsuran, leasing, hibah, atau membuat sendiri. Dengan begitu yang
dapat diperhitungkan sebagai unsur harga perolehan suatu aktiva antara lain;
harga beli, nilai tunai dari suatu angsuran, taksiran harga pasar ataupun biasa
berdasarkan kebijakan pimpinan atau ekspertis.
2.
Unsur tambahan pembenruk harga
perolehan, yaitu segala pengorbanan ekonomis yang dapat diatribusikan secara
langsung, yang timbul mulai saat persiapan pembelian.pembuatan sampai dengan
aktiva tetap yang bersangkutan dinyatakan siap digunakan dalam kegiatan usaha
sehari-hari.
Adapun jenis-jenis perolehan aktiva tetap antara
lain:
1.
Pembelian Tunai
Aktiva
tetap yang dibeli secara tunai dicatat sebesar uang yang dikeluarkan untuk
pembelian aktiva tetap tersebut ditambah dengan biaya-biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan pembelian aktiva dikurangi potongan harga yang diberikan,
baik karena pembelian partai besar maupun karena pembayaran yang diperbesar.
Tetapi jika potongan harga tidak dimanfaatkan maka jumlah yang harus dibayar
adalah jumlah harga pembelian bruto. Potongan tunai yang tidak dimanfaatkan
diperlakukan sebagai rugi atau biaya bunga. Kerugian sebagai akibat tidak
dimanfaatkannya potongan tunai ini dilaporkan dilaporan laba-rugi dalam
kelompok rugi dan biaya lain-lain.
2.
Pembelian Secara Kredit Jangka Panjang
Kebanyakan
transaksi pembelian aktiva diperoleh dengan kredit jangka panjang. Pada
dasarnya penentuan harga perolehan aktiva tetap dengan pembelian secara kredit
sama dengan pembelian secara tunai, sehingga besarnya harga perolehan tersebut tidak
termasuk bunga. Bunga yang ditimbulkan atas pembelian angsuran harus
dikeluarkan dari harga perolehan dan dinyatakan sebagai biaya bunga pembebanan.
Menurut
Sugiri (2009 : 140) terdapat dua jenis bunga yang bisa timbul dari transaksi
pembelian aktiva tetap secara kredit, yaitu bunga eksplisit dan bunga implisit.
Bunga eksplisit adalah bunga yang ditetapkan secara terus terang, sedangkan
bunga implisit adalah tingkat bunga yang ditetapkan tidak terus terang.
Kadang-kadang penjual menetapkan harga pembelian dengan jumlah yang sudah
memperhitungkan bunga di dalamnya, tetapi tidak dinyatakan berapa persen
bunganya.
3.
Pembelian Angsuran
Harga
perolehan aktiva tetap yang didapat dari transaksi pembelian angsuran diukur
dengan jumlah uang (harga) yang dibayarkan apabila aktiva itu dibeli secara
tunai (cash equivalent price). Unsur
bunga dan financing cost yang
terdapat di dalamnya harus dikeluarkan dan diperlakukan sebagai biaya dalam
periode di mana pembayaran itu terjadi. Jika di dalam harga kontrak pembelian
tidak secara spesifik dinyatakan adanya bunga yang dibebankan, maka pada
dasarnya unsur bunga itu harus diperhitungkan dan dikurangkan dari harga
kontrak di dalam menentukan harga perolehan aktiva tetap yang bersangkutan.
4.
Aktiva Tetap yang Didapat dari Donasi dan
Penemuan
Aktiva
tetap dapat pula diperoleh dari sumbangan, misalnya dari pemerintah atau dari
lembaga lain. Meskipun untuk memperoleh sumbangan ini tidak ada pengorbanan,
akuntansi akan mencatatnya karena akuntansi merupakan alat pertanggungjawaban.
Apabila mengikuti prinsip harga perolehan, semestinya harga perolehan asset
dari sumbangan ini adalah nihil sehingga tidak perlu dicatat. Namun
penyimpangan terhadap prinsip harga perolehan dibenarkan untuk mencatat aktiva
dari sumbangan. Aktiva tetap dari sumbangan didebet, dan akun lawannya adalah
modal sumbangan. Nilainya adalah sebesar nilai wajar pada saat sumbangan
tersebut diterima.
5.
Aktiva Tetap yang Dibangun Sendiri
Harga
perolehan aktiva tetap yang dibangun sendiri oleh perusahaan (tidak dibeli dari
pihak luar) meliputi (i) biaya bahan bangunan yang dipakai, (ii) upah tenaga
kerja langsung, dan (iii) biaya-biaya pemakaian lain seperti pemakaian listrik
dan depresiasi asset tetap perusahaan yang digunakan untuk membangun.
Kadang-kadang untuk membiayai pembangunan asset tetap digunakan dana dari
pinjaman. Bunga yang menjadi tanggungan perusahaan atas penggunaan dana dari
pinjaman dapat dimasukkan sebagai unsure biaya perolehan. Namun besarnya bunga
yang dimasukkan sebagai unsure biaya perolehan hanyalah bunga selama masa
konstruksi. Jika setelah masa konstruksi pinjaman belum lunas, maka biaya bunganya
dibebankan sebagai biaya periodik dalam laporan laba-rugi di kelompok biaya di
luar usaha.
Jumlah
pengorbanan untuk membangun sendiri aktiva tetap boleh jadi lebih kecil
ketimbang jumlah harga apabila aktiva tetap itu dibeli dari luar. Penghematan
yang diperoleh karena membangun sendiri tidak boleh diakui sebagai untung.
6.
Aktiva Tetap yang Diperoleh Secara
Pertukaran
Aktiva
tetap dapat diperoleh dengan cara pertukaran dengan aktiva tetap lainnya. Harga perolehan atas aktiva yang didapat diukur
dengan harga pasar (fair market value)
dari aktiva yang diserahkan (dilepaskan) sebagai alat penukarnya. Rugi-laba
pertukaran harus diakui, apabila terdapat perbedaan antara nilai buku dengan
harga pasar aktiva tetap yang diserahkan di dalam transaksi tersebut.
Apabila
penentuan harga pasar aktiva tetap yang diserahkan dalam transaksi ini sulit
ditentukan, maka harga perolehan aktiva tetap yang didapat diukur dengan harga pasar aktiva itu
sendiri. Apabila dalam transaksi pertukaran itu disertai dengan pembayaran uang
tunai disamping penyerahan aktiva tetap (lama) maka harga perolehan aktiva
tetap yang didapat, adalah jumlah harga pasar aktiva lama ditambah dengan
jumlah uang yang dibayarkan.
Pertukaran
dengan aktiva tetap lainnya dapat dibagi dua jenis, antara lain:
1.
Pertukaran aktiva tetap yang sejenis
Yang
dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap yang sejenis adalah pertukaran aktiva
tetap yang fungsi dan sifatnya sama, seperti mesin produksi X dengan mesin
produksi Y. Pencatatan atas transaksi ini didasarkan pada harga pasar aktiva
tetap yang dilepaskan.
2.
Pertukaran aktiva tetap yang tidak
sejenis
Yang
dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis adalah pertukaran
aktiva tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama, seperti pertukaran tanah
dengan mesin-mesin, tanah dengan gedung, dan lain-lain. Dalam hal pertukaran
terjadi antaraktiva yanag sejenis, maka yang dipakai sebagai dasar
pencatatannya adalah “nilai buku” dari aktiva yang bersangkutan.
D.
METODE
PENYUSUTAN AKTIVA TETAP
Menurut Soemarsono (2005 : 24) penyusutan adalah
pengakuan adanya penurunan nilai aktiva tetap berwujud.
Menurut Sugiri (2009 : 158) penyusutan adalah
alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu asset selama umur
manfaatnya.
Penyusutan adalah proses pengalokasian harga
perolehan, bukan proses penilaian aktiva tetap. Pengalokasian harga perolehan
diperlukan agar dapat dilakukan perbandingan yang tepat antara pendapatan
dengan biaya. Perubahan harga aktiva tetap yang terjadi di pasar, tidak perlu
dicatat dalam pembukuan perusahaan karena aktiva tetap dimiliki perusahaan
untuk digunakan, bukan untuk di jual kembali. Oleh karena itu nilai buku aktiva
(harga perolehan dikurangi akumulasi depresiasi), biasanya sangat berbeda
dengan harga pasar aktiva yang bersangkutan.
Selama masa pemakaian, kemampuan suatu aktiva untuk
menghasilkan pendapatan dan jasa biasanya semakin menurun baik secara fisik
maupun fungsinya. Penurunan karena faktor fisik terjadi karena pemakaian dan
keausan, sehingga secara fisik aktiva tetap terlihat menurun. Penurunan dari
segi fungsi adalah karena aktiva menjadi tidak memadai dan ketinggalan jaman.
Suatu aktiva dikatakan tidak lagi memadai, jika aktiva tersebut tidak dapat
memenuhi kebutuhan saat ini dan di masa datang.
Pengakuan atas depresiasi aktiva tetap tidak
berakibat adanya pengumpulan kas untuk mengganti aktiva lama dengan aktiva yang
baru. Saldo rekening akumulasi depresiasi menggambarkan jumlah depresiasi yang
dibebankan sebagai biaya, bukan menggambarkan dana yang telah dihimpun.
Ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
menentukan besarnya biaya depresiasi setiap periode antara lain:
1)
Harga Perolehan (Cost)
Yaitu
uang yang dikeluarkan atau hutang yang timbul dan biaya-biaya yang terjadi
dalam pemerolehan suatu aktiva dan menempatkannya agar dapat digunakan.
2)
Nilai Sisa (Residu)
Nilai
sisa suatu aktiva yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima bila aktiva
tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang
terjadi pada saat menjual atau menukarnya.
3)
Taksiran Umur
Taksiran
umur kegunaan aktif dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dianut dalam reparasi. Taksiran umur ini
biasanya dinyatakan dalam satuan periode
waktu, satuan hasil produksi atau satuan jam kerjanya.
Menurut Soemarsono, ( 2005 : 25) ada dua faktor yang mempengaruhi besarnya
penyusutan. Dua faktor itu adalah nilai aktiva tetap yang digunakan dalam
penghitungan penyusutan (dasar panyusutan) dan taksiran manfaat. Ada
beberapa cara untuk menghitung penyusutan, yaitu:
1.
Metode Garis Lurus
2.
Metode Saldo Menurun
3.
Metode Jumlah Angka Tahun
4.
Metode Unit Produksi
Setiap metode tersebut digunakan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berterima umum, dan manajemen dapat memilih salah satu
dari metode yang dianggap paling sesuai. Apabila suatu metode tertentu telah
dipilih, maka metode tersebut harus diterapkan secara konsisten sepanjang masa
aktiva yang bersangkutan, sehingga laporan keuangan dari periode ke periode
dapat diperbandingkan. Apabila dalam satu periode dimana metode penyusutan
berubah, pengaruh perubahan harus dikuantifikasikan dan alasan perubahan harus
diungkapkan. Namun perusahaan tidak harus hanya menggunakan satu metode
penyusutan saja untuk semua aktiva tetap yang dimiliki. Perusahaan dapat
menggunakan metode garis lurus untuk salah satu kelompok aktiva tetap dan
metode saldo menurun untuk kelompok aktiva yang lain.
1. Metode
Garis Lurus
Metode
ini merupakan metode perhitungan yang paling sederhana dan banyak digunakan
oleh organisasi perusahaan. Cara ini memberikan beban depresiasi yang konstan
pada setiap periode akuntansi selama masa manfaat dari aktiva tetap yang
bersangkutan. Rumus untuk menghitung depresiasi dengan metode ini yaitu:
Depresiasi =
Keterangan
:
HP = Harga Perolehan Aktiva
NS = Taksiran Nilai Sisa
N = Taksiran
Umur Kegunaan/Ekonomis
Contoh
:
Mesin dengan harga perolehan Rp. 1.000.000
taksiran nilai sisa sebesar Rp. 50.000 dan umur taksiran selama 5 tahun.
Depresiasi tiap tahun dihitung sebagai berikut;
Depresiasi
=
=
= Rp 190.000
Perhitungan depresiasi dengan
metode garis lurus ini didasarkan pada anggapan-anggapan berikut :
·
Kegunaan ekonomis dari suatu aktiva akan
menurun secara proporsional setiap periode
·
Biaya reparasi dan pemeliharaan
tiap-tiap periode jumlahnya relatif tetap
·
Kegunaan ekonomis berkurang karena
lewatnya waktu
·
Penggunaan (kapasitas) aktiva tiap-tiap
relatif tetap
2. Metode
Saldo Menurun Ganda
Pada metode ini, biaya depresiasi
dari tahun ke tahun semakin menurun. Hal ini terjadi karena perhitungan biaya
depresiasi periodik didasarkan pada nilai buku (harga perolehan dikurangi dengan
akumulasi depresiasi) aktiva yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Metode ini
merupakan metode depresiasi yang dihitung dengan mengalihkan nilai buku aktiva
pada awal periode dengan dua kali tarif garis lurus. Nilai buku pada awal tahun
pertama adalah sama dengan harga perolehan aktiva, sedangkan pada tahun-tahun
berikutnya, nilai buku adalah selisih antara harga perolehan dengan akumulasi
depresiasi pada awal tahun. Berbeda dengan metode lainnya, pada metode ini nilai
residu tidak diperhitungkan. Akan tetapi, nilai residu akan menjadi batas
jumlah depresiasi yang akan dilakukan. Depresiasi akan berakhir apabila nilai
buku telah mencapai jumlah yang sama dengan atau mendekati taksiran nilai
residu.
Rumus
untuk menghitung depresiasi dengan metode ini yaitu:
Depresiasi = N/2
x (n + 1)
Keterangan :
n =
Taksiran Umur Ekonomis
3. Metode
Jumlah Angka Tahun
Metode
jumlah angka tahun akan menghasilkan biaya depresiasi yang lebih pada tahun-tahun
awal dan semakin kecil pada tahun-tahun akhir. Oleh karena itu, metode ini juga
termasuk dalam metode depresiasi yang dipercepat. Metode ini disebut jumlah
angka-angka tahun karena tarif depresiasinya didasarkan pada suatu pecahan
yang:
·
Pembilangnya adalah tahun-tahun
pemakaian aktiva yang masih tersisa sejak awal tahun ini
·
Penyebutnya adalah jumlah tahun-tahun
sejak tahun pertama hingga tahun pemakaian akhir
Rumus
metode jumlah angka tahun
Depresiasi =
Keterangan :
n = umur
ekonomis
Contoh :
Mesin yang harga perolehannya Rp. 1.000.000
residu ditaksir umur ekonomis 5 tahun. Depresiasi dihitung sebagai berikut:
Jumlah angka tahun =
=
= 15
4. Metode
Satuan Kegiatan/Hasil/Jam kerja
Dalam
metode suatu hasil, masa pemakaian aktiva yang dinyatakan dengan jangka waktu,
melainkan dengan jumlah satuan (unit) yang dapat dihasilkan oleh aktiva yang
bersangkutan. Metode ini cocok digunakan untuk depresiasi mesin pabrik, karena
hasil suatu mesin dapat diukur satuannya. Metode ini dapat juga didasarkan pada
jam kerja mesin atau jam kerja operator yang menangani mesin. Metode ini dapat
digunakan juga untuk peralatan angkutan (diukur dengan jarak yang ditempuh)
atau peralatan kantor tertentu (diukur dengan jam pemakaian). Namun demikian
metode ini tidak tepat digunakan pada gedung atau mebel, karena untuk aktiva
semacam ini depresiasi lebih merupakan fungsi waktu (bukan kegiatan), dan
satuan hasilnya sukar untuk diukur. Oleh karena itu dalam metode ini yang perlu
ditaksir adalah jumlah satuan hasil yang diperkirakan dapat dihasilkan oleh
aktiva. Taksiran satuan hasil ini dipakai untuk membagi harga perolehan
depresiasi, sehingga dapat ditentukan depresiasi per tahun hasil. Angka
depresiasi per unit hasil ini kemudian dikalikan dengan jumlah satuan hasil
sesungguhnya pada satru tahun, sehingga dapat diterapkan depresiasi untuk tahun
yang bersangkutan. Rumus untuk
menghitung metode tersebut adalah hasilnya sebagai berikut:
Depresiasi
per jam =
Keterangan
;
HP = Harga Perolehan
NS = Nilai Sisa
N = Taksiran
Jumlah Penggunaan Aktiva
Contoh :
Sebuah mesin dengan harga perolehan
Rp. 1.000.000, taksiran nilai sisa Rp. 50.000, taksiran penggunaan sebanyak 10.000
jam. Depresiasi dihitung sebagai berikut:
Depresiasi per jam =
=
Depresiasi per
jam = Rp. 95
E.
PENGELUARAN
SELAMA MASA PEMAKAIAN AKTIVA TETAP
Selama penggunaan aktiva tetap kita tidak dapat
menghindarkan diri dari pengeluaran-pengeluaran untuk aktiva tetap itu, seperti
pengeluaran untuk reparasi rutin, penambahan atau perbaikan.
Pengeluaran-pengeluaran tersebut perlu diketahui dan dianalisis kerena
kemungkinan pengaruhnya terhadap harga pokok akhirnya akan mempengaruhi
penyusutan.
Reparasi rutin adalah pengeluaran untuk
mempertahankan agar aktiva tetap beroperasi dengan efisien dan dapat mencapai
masa pemakaian yang diharapkan. Biaya reparasi rutin umumnya tidak besar
jumlahnya, tetapi terjadi berulang-ulang selama masa pemakaian aktiva.
Penambahan dan perbaikan adalah pengeluaran yang
meningkatkan efisiensi operasi, kapasitas produksi, atau masa pemakaian aktiva.
Pengeluaran semacam ini biasanya cukup besar jumlahnya dan relatif jarang
terjadi selama masa pemakaian aktiva. Suatu penambahan biasanya mengakibatkan
bertambah besarnya fasilitas fisik dan kapasitas produksi. Penambahan dicatat
dengan mendebet rekening aktiva yang mengalami penambahan akibat pengeluaran
tersebut. Sedangkan perbaikan bisa dilakukan dalam berbagai macam bentuk .
Kadang-kadang suatu perbaikan merupakan penggantian suatu subbagian dari suatu
aktiva produktif dengan unit yang baru.
Menurut Soemarsono (2005 : 50-52) pengeluaran aktiva
tetap dapat dikelompokkan menjadi dua macam, antara lain:
a.
Pengeluaran Modal (capital expenditures)
Pengeluaran
modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat sebagai aktiva
(dikapitalisir). Pengeluaran-pengeluaran yang akan mendatangkan manfaat lebih
dari satu periode akuntansi termasuk dalam kategori ini. Demikian juga halnya
dengan dengan pengeluaran-pengeluaran yang akan menambah efesiensi,
memperpanjang umur aktiva atau meningkatkan kapasitas atau mutu produksi.
Pengeluaran-pengeluaran
modal dapat dicatat sebagai debet pada akun: (a) aktiva atau; (b) akumulasi
penyusutan. Pengeluaran-pengeluaran untuk penambahan dan penggantian, pada
umumnya dicatat dalam akun aktiva. Pengeluaran untuk perbaikan besar-besaran
yang akan memperpanjang umur aktiva dicatat sebagai debet pada akun akumulasi
penyusutan.
b.
Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditures)
Pengeluaran
pendapatan adalah pengeluaran-pengeluaran yang akan mendatangkan manfaat untuk
tahun di mana pengeluaran tersebut dilakukan. Oleh karena itu, pengeluaran
pendapatan akan dicatat sebagai beban. Pengeluaran untuk pemeliharaan dan
perbaikan rutin merupakan contoh dari pengeluaran ini.
F.
PENGHENTIAN
PEMAKAIAN AKTIVA TETAP
Menurut Giri
dalam buku Akuntansi Keuangan Menengah 1 (2012 : 234-235) ada beberapa
transaksi yang menghentikan pemakaian aset tetap, yaitu: (a) transaksi penjualan
aset tetap, (b) berakhirnya masa manfaat aset tetap , dan (c) pertukaran dengan
aset lain.
a.
Penjualan Aset Tetap
Jika
penggunaan aset tetap tertentu dihentikan, rekening-rekening yang bersangkutan
dengan aset tetap tersebut harus dihapuskan. Jika penghentian disebabkan
transaksi penjualan, selisih antara harga jual dengan nilai buku aset tetap
yang tersisa harus diakui sebagai laba atau rugi. Jika nilai buku aset lebih kecil
dibandingkan dengan kas/aset lain yang diterima, timbul keuntungan. Sebaliknya
jika nilai buku aset lebih besar dibandingkan dengan kas/aset lain yang
diterima, timbul kerugian.
b.
Berakhirnya Masa Manfaat Aset Tetap
Apabila
aset tetap dihentikan karena berakhirnya masa manfaatnya, semua akun yang
berkaitan dengan aset tetap tersebut harus dihapus. Dalam transaksi ini, saat
aset tetap dihentikan masa pemakaiannya masih memiliki nilai residu, harus diakui
sebagai rugi penghentian aset tetap.
c.
Pertukaran
Dengan Aset Lain
Harga pertukaran aset tetap yang
didapat melalui pertukaran dengan surat berharga diukur dengan jumlah uang yang
dapat direalisasikan apabila surat berharga tersebut dijual. Jika harga pasar
surat-surat berharga tidak dapat ditentukan , harga pasar aset tetap yang
diperoleh menjadi dasar pencatatan aset yang bersangkutan. Jika harga pasar
kedua aset tersebut tidak ada maka aset tetap tersebut harus ditaksir oleh
pihak yang independen, misalnya oleh penilai (appraiser).
G.
HUBUNGAN
AKTIVA TETAP DENGAN PENINGKATAN LABA PERUSAHAAN
Menurut Skousen dan Stice (2011 : 27) laba adalah
“suatu kenaikan dalam entitas (atau aktiva neto) dari peripheral atau transaksi
insidental sebuah entitas dan dari semua transaksi lain dan peristiwa lain
serta keadaan yang mempengaruhi entitas kecuali yang terjadi dari pendapatan( revenue) atau investasi oleh para
pemilik”.
Dalam laporan rugi-laba, biaya yang dikaitkan dengan
penggunaan aktiva tetap seperti biaya depresiasi dan biaya pemeliharaan merupakan
salah satu komponen biaya yang cukup tinggi. Semakin tinggi biaya depresiasi aktiva
tetap sebuah perusahaan, laba akan semakin berkurang. Sebaliknya semakin rendah
biaya depresiasi, maka akan semakin besar laba yang diperoleh perusahaan.
Selain biaya depresiasi, biaya lain dari komponen aktiva tetap yang dapat mengurangi
laba adalah biaya pemeliharaan, pajak bumi dan bangunan (PBB) serta pajak
kendaraan bermotor.
Untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan
kapasitas aktiva tetap sepenuhnya maka digunakan rumus rasio fixed assets turn over , yaitu rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap
berputar dalam satu periode. Untuk mencari rasio ini, caranya adalah membandingkan
antara penjualan bersih dengan total aktiva tetap dalam satu periode. Apabila
perbandingannya meningkat dari tahun ke tahun berarti perusahaan telah mampu
memaksimalkan kapasitas aktiva tetap yang dimilikinya. Sebaliknya apabila
menurun, maka perusahaan belum mampu memanfaatkan kapasitas aktiva tetapnya.
Menurut Kasmir (2012 : 184) rumus untuk mencari Fixed Assets Turn Over adalah sebagai
berikut:
Fixed Assets
Turn Over =
H.
HIPOTESIS
Hipotesis adalah dugaan sementara
yang dianggap benar tapi masih memerlukan pembuktian.
Berdasarkan masalah diatas, maka penulis mengajukan
hipotesis sebagai berikut: “diduga bahwa kebijakan pengadaan
aktiva tetap yang diterapkan PT Sermani
Steel Makassar belum menunjang peningkatan laba usaha”.
III.
METODE
PENELITIAN
A.
LOKASI
DAN WAKTU PENELITIAN
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian penulis
adalah di PT. Sermani Steel Makassar
yang berlokasi di Jl. Urip Sumoharjo KM 7 Tello Baru Makassar, dengan
waktu yang akan digunakan adalah kurang lebih 2 bulan.
B.
JENIS
DAN SUMBER DATA
1.
Jenis
Data
a.
Data Kualitatif, yaitu data yang
diperoleh berupa keterangan-keterangan yang mendukung penulisan ini yang
diperoleh dari hasi wawancara, maupun dokumen/arsip perusahaan berupa gambaran
umum perusahaan, dan srtuktur organisasi.
b.
Data Kuantitatif, yaitu data yang berupa
angka-angka yang dapat diperoleh melalui dokumen perusahaan seperti data
operasional perusahaan dan laporan
keuangan perusahaan.
2.
Sumber
Data
a.
Data Primer, yaitu data yang
diperoleh secara langsung pada PT. Sermani Steel Makassar.
b.
Data Sekunder yaitu data yang
diperoleh dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembahasan dari luar
perusahaan, seperti buku-buku atau referensi lain yang mendukung dalam
penulisan ini.
C.
METODE
PENGUMPULAN DATA
Untuk
memperoleh informasi yang sebaik-baiknya dengan asumsi agar sasaran dalam
penulisan dapat tercapai, maka penulis akan menggunakan metode penelitian
sebagai berikut:
a. Observasi,
yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung di
lokasi untuk memperoleh data yang akurat,
b. Wawancara,
yaitu pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung kepada pimpinan dan pegawai PT Sermani Steel
Makassar,
c. Dokumentasi,
yaitu pengumpulan data dengan mengumpulkan dokumen-dokumen perusahaan serta
arsip-arsip perusahaan yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas.
D.
METODE
ANALISIS
Untuk
membuktikan hipotesis yang diajukan maka penulis akan menganalisa dengan
menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu metode yang membandingkan metode
yang digunakan perusahaan dengan metode yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
E.
DEFINISI
OPERASIONAL
Untuk
mendapatkan pemahaman yang jelas dan tidak menimbulkan menafsirkan yang
berbeda-beda mengenai penelitian ini, maka setiap variable perlu adanya batasan
pengertian dan definisi operasional sebagai berikut:
1. Pengertian
akuntansi adalah seni mencatat, mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan
informasi ekonomi, bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan
keputusan-keputusan ekonomi.
2. Aktiva
tetap adalah asset berwujud yang tujuan
pemilikannya adalah untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau
jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif,
tidak untuk dijual kembali, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari
satu periode
3. Penyusutan
adalah pengakuan adanya penurunan nilai aktiva tetap berwujud.
4. Laba
adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan atas usahanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Agoes
Sukrisno dan Estralita Trisnawati. 2010.
Akuntansi Perpajakan Edisi 2 Revisi. Jakarta: Salemba Empat
Akbar Rusdi. 2004.
Akuntansi Pengantar. Jogjakarta: UPP STIM YKPN
Diana
Anastasia dan Lilis Setiawati. 2010. Sistem Informasi Akuntansi. Jogjakarta:
Andi Jogjakarta
Dunia
Firdaus A. 2010. Ikhtisar Lengkap
Pengantar Akuntansi Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Giri
Efraim Ferdinan. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah 1. Jogjakarta: UPP STIM YKPN
Hery
dan Widyawati Lekok. 2011. Akuntansi
Keuangan Menengah 2. Jakarta: Bumi Aksara
Ikatan
Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan
Indonesia
Ismail. 2010. Akuntansi
Bank. Surabaya: PT Kencana
Kasmir. 2012. Analisis
Laporan Keuangan. PT RajaGrafindo Persada : Jakarta
Rudianto. 2008. Pengantar
Akuntansi. Jakarta: Erlangga
Skousen
Fred, Stice Earl K dan Stice James D.
2011. Akuntansi Keuangan Menengah. Jakarta : Salemba Empat
Soemarso.
2004. Akuntansi Suatu Pengantar Buku 1. Edisi Kelima. Jakarta : Salemba Empat
Soemarso.
2005. Akuntansi Suatu Pengantar Buku 2. Edisi Kelima. Jakarta : Salemba Empat
Sugiri
Slamet . 2009. Akuntansi Suatu Pengantar 2. Edisi Kelima. Jogjakarta : UPP STIM
YKPN
bisa liat isinya ga?
BalasHapusMbak bisa liat pembahasannya gk?
BalasHapus
BalasHapusSaya selalu berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan peminjam yang meminjamkan uang tanpa membayar terlebih dahulu.
Jika Anda mencari pinjaman, perusahaan ini adalah semua yang Anda butuhkan. setiap perusahaan yang meminta Anda untuk biaya pendaftaran lari dari mereka.
saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS. yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah SUZAN INVESTMENT COMPANY. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir Rp15 juta di tangan pemberi pinjaman palsu.
Pembayaran yang fleksibel,
Suku bunga rendah,
Layanan berkualitas,
Komisi Tinggi jika Anda memperkenalkan pelanggan
Hubungi perusahaan: (Suzaninvestment@gmail.com)
Email pribadi saya: (Ammisha1213@gmail.com)